Selasa, 26 Agustus 2014

Studi Kasus Pemodelan Perangkat Lunak

03.18 Posted by Irfan No comments
1. MODEL WATERFALL

          Tuan X adalah General Manager A Company, sebuah perusahaan perkapalan yang berbasis di Singapura. Sebagai perusahaan UKM muda yang terus berkembang, Tuan X menginvestasikan sebagian modal perusahaan untuk promosi di media cetak dan elektronik, serta melatih kemampuan karyawan melalui berbagai kursus. Untuk mendukung kerja karyawan, A Company menggunakan komputer dasar (Basic PC) yang dilengkapi dengan office software. Seperti kebanyakan UKM lainnya, A Company juga memiliki akses internet yang hanya dapat digunakan secara terbatas di beberapa PC. A Company memiliki satu buah email resmi yang masih menggunakan domain dari ISP (Internet Service Provider). Untuk komunikasi dilingkungan karyawan, mereka menggunakan fasilitas email gratis yang banyak tersedia di internet. Email gratis ini kadang juga digunakan untuk berkomunikasi dengan supplier dan pelanggan.
           Sebagai perusahaan UKM yang terus berkembang cepat, Tuan X mulai berfikir untuk mengembangkan A Company lebih professional. Harapan Tuan X, calon pelanggan potensial, pelanggan, supplier dan karyawan lebih mengenal A Company. Disisi lain, ia juga berharap agar cara yang digunakan lebih efisien, hemat biaya, tetapi menampilkan sosok perusahaan yang meyakinkan atau bonafit. Tuan X meyakini, bahwa berkomunikasi menggunakan alamat email atau domain sendiri; promosi melalui website sendiri; data yang terintegrasi dan dapat diakses disemua komputer perusahaan akan dapat membawa perusahaan menjadi lebih profesional.
          A Company tidak memiliki departemen khusus untuk menangani TI. Untuk mewujudkan keinginannya, Tuan X meminta bantuan perusahaan khusus TI. Implementasi TI dikerjakan oleh perusahaan TI (sebagai pemenang tender) dalam jangka waktu kontrak 1 tahun, Dalam proses implementasi, Tuan X menyerahkan tugas dan tanggung-jawab kepada bawahannya. Semua karyawan dilibatkan dalam pertemuan dan diskusi dengan perusahaan pembangun TI. Dari waktu kontrak 1 tahun yang disepakati, TI yang bisa diimplementasikan adalah pembangunan jaringan komputer, akses internet, email, dan pembangunan data terpusat. Sedangkan untuk website belum bisa dikerjakan sepenuhnya karena sebagian besar waktu yang tersedia habis digunakan untuk menyatukan keinginan para pihak yang terkait dalam implementasi.
          Meskipun demikian, sistem yang dibangun mulai dirasakan manfaatnya oleh A Company. Komunikasi melalui email mulai dapat dilakukan karyawan dengan supplier dan pelanggan. Pengambilan keputusan sudah mulai bisa dilakukan dengan cepat karena data yang diperlukan sudah terpusat. Tuan X juga merasakan terjadinya penghematan dalam penggunaan kertas dan alat tulis, karena perusahaan mulai menerapkan e-document. Namun demikian, kepuasan Tuan X tidak bertahan lama, karena sistem TI mulai menimbulkan masalah. Hal itu misalnya terjadi pada email yang mengalami over quota dan dibanjiri virus, sehingga komunikasi perusahaan dengan pelanggan menjadi terputus dan komputer perusahaan menjadi rusak.
          Hal yang terjadi tidak hanya membuat kerjaan perusahaan menjadi terganggu, tetapi berbagai peluang bisnis menjadi hilang. Citra perusahaan dimana supplier dan pelanggan menjadi berubah dan A Company harus menanggung kerugian investasi.
Tuan X baru menyadari bahwa implementasi TI yang dilakukan belum memberikan hasil positif secara keseluruhan kepada perusahaannya. Ditambah lagi ia harus menyiapkan budget tambahan untuk memperbaiki sistem jaringan yang rusak. Kekecewaan Tuan X bertambah ketika budget yang diusulkan dalam proposal implementasi tidak termasuk biaya perawatan. Tuan X akhirnya memutuskan untuk menghentikan proyek pengerjaan website, karena TI yang sudah diimplementasikan merugikan perusahaan dan menghabiskan budget yang sudah dialokasikan sebelum keseluruhan proyek selesai dilaksanakan.
2. MODEL SPIRAL
          Dinas Pekerjaan Umum Kota Sawahlunto merupakan salah satu badan publik yang mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan tata ruang. Dalam menjalankan tugas tersebut Dinas Pekerjaan Umum Kota Sawahlunto juga mempunyai fungsi memberikan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum (Perda Kota Sawahlunto No 19, 2010:4). Pelayanan umum yang diberikan yaitu layanan perizinan (Izin usaha jasa konstruksi dan izin mendirikan bangunan) dan layanan pengaduan masyarakat tentang sarana dan prasarana lingkungan (Layanan pengaduan lampu jalan, layanan jalan rusak dan jembatan rusak). Disamping mempunyai fungsi memberikan layanan umum, Dinas Pekerjaan Umum Kota Sawahlunto juga melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas pembangunan
Kota Sawahlunto.
           Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang peneliti lakukan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sawahlunto pada bulan Desember tahun Dua Ribu Dua Belas, didapatkan informasi, pencarian informasi layanan IUJK sangat sulit, Proses layanan yang dirasa terlalu berbelit-belit dan tidak ada kejelasan dari proses pertama keproses
beriuktnya dan waktu pengurusan IUJK rata-rata enam hari kerja. Kondisi seperti ini menjadi hambatan bagi stakehoder dalam pelayanan IUJK, sedangkan di beberapa Kabupaten/Kota di Indonesia, Layanan izin usaha jasa konstruksi telah memanfaatkan media website, Pemerintahan Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kerinci, dan Kabupaten Bogor.
          Berdasarkan permasalahan di atas dan kemajuan teknologi informasi dalam memberikan layanan baik saat ini, maka perlu mengembangkan sistem informasi pelayanan perizinan usaha jasa konstruksi berbasis web pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sawahlunto yang dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efisien. Pelayanan ini diharapkan bisa diakses oleh masyarakat dimana saja dan kapan saja. Kontraktor dapat melihat persyaratan pengurusan perizinan usaha jasa konstruksi, melakukan pendaftaran dan mendapatkan jadwal validasi secara online. Kontraktor hanya tinggal membawa kelengkapan persyaratan disaat menjemput sertifakat IUJK.
          Pengembangan sistem informasi pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sawahlunto memilih menggunakan metoda spiral. Model Spiral, merupakan model pengembangan system yang digambarkan berupa spiral. Setiap untaian pada pada spiral menunjukkan fase software process. Model ini merupakan perbaikan dari model waterfall dan prototype.
Pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Perizinan Usaha Jasa Konstruksi berbasis Web pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sawahlunto merupakan penelitian pengembangan. Model pengambangan yang akan dikembangkan berupa model prosedural yang bersifat deskriptif, dengan menunjukan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan
produk. Pembangunan sistem informasi IUJK menggunakan metode Spiral. Adapun tahaptahap pengembangan sistem dengan metode Spiral, yaitu Customer Communication,Risk AnalysisEngineeringConstruction and Release, dan Customer Evaluation.

3. MODEL EVOLUTIONARY

         Proyek SITINA(1) dimulai dengan kebutuhan terhadap suatu sistem EDM utilitas (1) yang harus melalukan pemantauan dengan mudah, benar-benar otomatis,pada pembangkit listrik tenaga air [1]. Tujuan utama adalah untuk mengembangkan aplikasi dengan biaya rendah yang memungkinkan dewan direksi untuk memonitor pembangkit listrik tersebut dan mengambil data statistik pada produksi mereka.
          Hal ini tidak dalam melingkupi penjelasan rinci tentang SITINA [2]. Namun, seperti yang dapat kita lihat dari akhir arsitektur umum pada Gambar 1, kita berhadapan dengan sistem yang kompleks dengan SCADA/EMS2 yang terbentuk dari penggunaan banyak teknologi dari beberapa produk-produk perangkat lunak yang berbeda.
 Sebelum memulai proyek kami memutuskan untuk memilih subset yang sesuai dari perangkat lunak dengan rekayasa metode dan teknik terkenal dan mapan. Agar sistem yang dibuat sesuai harapan dan dapat membantu dalam mencapai semua keinginan pengguna dan juga dapat digunakan dengan sukses dalam konteks organisasi di mana SITINA akan digunakan. Hal tersebut merupakan tujuan penelitian kami untuk belajar dan mengevaluasi kemampuan mereka untuk meningkatkan proses pembangunan dan membantu dalam memecahkan masalah yang akan timbul. Awalnya kami menganggap masalah berikut yang harus dipertimbangkan dalam memilih model referensi dan metode:
- Mempertahankan kepuasan pengguna dengan memungkinkan sistem untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pengguna
- Mempertahankan kepuasan pengguna dalam hal kegunaan dari sistem dan waktu untuk menyebarkan
- Menambahkan nilai kepada Rekayasa Perangkat Lunak UKM yang digunakan untuk model hanya itu memproses [6]
- Kemampuan tim proyek, dalam pengembang tertentu, untuk belajar dan menggunakan model-model baru seperti, metode dan teknik;
- Adaptasi dari model, metode dan teknik untuk membangun sebuah sistem embedded.

          Dalam proses ini kita menggunakan apa yang kita sebut pendekatan Trojan-horse katalitik. Kami diperkenalkan di UKM model terkenal, metode dan alat-alat yang telah ditetapkan untuk beberapa waktu dan dapat diakses oleh praktisi biasa. Kami memiliki tidak digunakan atau dievaluasi metode yang maju dan teknik, yaitu pada pendekatan berorientasi objek. Meskipun mereka memainkan Peran besar pada disiplin rekayasa perangkat lunak, mereka tidak dianggap alat utama untuk UKM biasa software Development Company atau praktisi. Mengikuti kebijakan yang sama, kami belum digunakan atau dievaluasi eksperimental atau canggih peralatan dan teknologi, seperti versi konfigurasi dan kontrol, metrik otomatis atau berorientasi obyek database. Beberapa alat dan teknik yang tidak tersedia bagi tim pengembangan, dan lain-lain akan diambil cukup banyak waktu atau sumber daya lain untuk menggunakan dan mengintegrasikan.

4. MODEL INCREMENTAL

       SMK Diponegoro Majenang merupakan salah satu instansi yang bergerakdalam bidang pendidikan khususnya kejuruan yang berdiri di bawah naungan LP. Ma’arif NU dan  beralamat di Jalan Raya Pahonjean Km. 02 Majenang Kab.Cilacap, Jawa Tengah 53257.  instansi ini memiliki 5 jurusan yang dapat dipiliholeh siswa antara lain: Multimedia, Teknik Kendaraan Ringan  Otomotif),Akuntansi, Administrasi Perkantoran, dan Pemasaran.

          Setelah penulis melakukan pengamatan terkait sistem penjurusan yangdigunakan di instansi tersebut dan dilakukan pertimbangan, penulis mendapatkan beberapa kesempatan untuk dapat merancang adanya sistem baru agar lebihmempermudah dalam menentukan minat jurusan siswa bila dibandingkan dengansistem sebelumnya.

           Kenyataan yang ada, dalam menentukan jurusan yang diminati oleh siswamasih dilakukan secara manual. Mereka perlu mengoreksi, mengakumulasi, danmempertimbangkan hasil penilaiannya satu persatu dari tiap siswa, sehingga akan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menghasilkan keputusan. Variabel penilaiannya pun tidak terlalu banyak dan terbatas pada nilai/kemampuan verbalsiswa, penilaian hanya berdasarkan pada hasil tes kompetensi mata pelajaran dan jurusan yang dipilih siswa. Oleh karena itu, hasil yang diperoleh pun masihkurang maksimal dan belum tepat sasaran. Belum lagi bila terdapat kesalahan datadan siswa meminta untuk berganti jurusan karena hasil yang diperoleh kurangsesuai dengan yang mereka harapkan, sejauh ini instansi tersebut masih belum menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan di atas.
          Berdasarkan masalah yang telah diuraikan pada bagian latar belakang diatas, beberapa hal yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perancangan aplikasi sistem pendukung keputusan untuk penentuan jurusan di SMK Diponegoro Majenang Cilacap? 
b.Bagaimana analisa dan hasil pengujian menggunakan metode Neuro-Fuzzy dalam aplikasi tersebut?
Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan dalam pengembangansistem adalah metode Incremental (Sommerville, 2003), antara lain:


  1.  Analisis dan Definisi Kebutuhan ( Requirements analysis and definition)Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dandidefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program yang akan dibangun.
  2. Desain Sistem dan Perangkat Lunak (System and software design) Membuat perancangan alir proses sistem dan antarmuka Perangkat lunak.
  3. Implementasi dan Pengujian Unit ( Implementation and unit testing ) Menerjemahkan desain program ke dalam kode-kode denganmenggunakan bahasa pemrograman yang sudah ditentukan dan dilakukan pengujian per unit program.
  4. Integrasi dan Pengujian Sistem ( Integration and system testing ) Penyatuan unit-unit program kemudian dilakukan pengujian secarakeseluruhan(system testing ).
  5. Pengoperasian dan Pemeliharaan (Operation and maintenance) Mengoperasikan program di lingkungannya dan melakukan pemeliharaan,seperti penyesuaian atau perubahan karena adaptasi dengan situasi sebenarnya.

5. MODEL PROTOTYPE

          Sering seorang pelanggan mendefinisikan serangkaian sasaran umum bagi perangkat lunak, tetapi tidak melakukan mengidentifikasi kebutuhan output, pemrosesan, atupun input detail. Pada kasus yang lain, pengembang mungkin tidak memiliki kepastian terhadap efisiensi algoritme, kemampuan penyesuaian dari sebuah sistem operasi,atau bentuk-bentuk yang harus dilakukan oleh interaksi manusia dengan mesin. Dalam hal ini, serta pada banyak situasi yang lain, prototyping paradigma mungkin menawarkan pendekatan yang terbaik.
          Prototyping paradigma dimulai dengan pengumpulan kebutuhan. Pengembang dan pelanggan bertemu dan mendefinisikan obyektif keseluruhan dari software, mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui, dan area garis besar diman definisi lebih jauh merupakan keharusan kemudian dilakukan “perancangan kilat”. Perancangan kilat berfokus pada penyajian dari aspek-aspek software tersebut yang akan nampak bagi pelanggan atau pemakai (contohnya pendekatan input dan format output). Perancangan kilat membawa kepada konstruksi sebuah prototipe. Prototipe tersebut dievaluasi oleh pelanggan/pemakai dan dipakai untuk menyaring kebutuhan pengembangan software. Iterasi terjadi pada saat prototipe disetel untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dan pada saat yang sama memungkinkan pengembang untuk secara lebih baik memahami apa yang harus dilakukannya.
          Secara ideal prototipe berfungsi sebagai sebuah mekanisme untuk mengidentifikasi kebutuhan software. Bila prototipe yang sedang bekerja dibangun, pengembang harus mempergunakan fragmen – fragmen program yang ada atau mengaplikasikan alat –alat bantu (contohnya report generator, window manager, dll) yang memungkinkan program yang bekerja untuk dimunculkan secara cepat.Prototipe bisa berfungsi sebagai “sistem yang pertama”.



0 komentar:

Posting Komentar